Salido Kecil atau Salido Ketek dulunya juga pernah berganti
nama menjadi Salido Sari Bulan, adalah sebuah desa kecil yang termasuk kedalam
kangarian tambang kecamatan IV Jurai Pesisir Selatan Sumatra Barat. Untuk mengunjungi desa ini, bisa ditempuh lewat darat, sekitar 3 jam dari Bandara International Minang Kabau dan sekitar 30 menit dari kota Painan dengan mengendarai sepeda motor atau mobil. Salido Kecil sangat terkenal dengan PLTMH(Pembangkit Listrik Tenaga
MikroHidro) nya. Konon PLTMH tersebut dibangun pada jaman penjajahan belanda pada
akhir abad ke 19 untuk menunjang kelistrikan perusahaan tambang emas Gunung Harun.
Setelah tambang Gunung Harun ditutup karena merugi, listrik
dari PLTMH Salido Kecil dimanfaatkan untuk pabrik Semen Indarung Padang. Pabrik
Semen Indarung Padang memanfaatkan listrik PLTMH dengan membangun jaringan
sepanjang 42 km. Pada tahun 1945 pengelolaan PLTMH dilakukan oleh PT PLN.
Keadaan ini berlangsung sampai akhir 1959. Pada tahun 1959, sungai Salido Kecil
meluap sehingga merusak kaki tiang penyangga pipa nya.
Sejak saat itu, PLTMH Salido Kecil ditinggalkan oleh PT PLN.
Selama 20 tahun PLTMH Salido Kecil hanya berupa nama saja sampai pada akhirnya PT Anggrek Mekar
Sari merehabilitasi PLTMH tersebut. PT Anggrek Mekar Sari disarankan oleh
Direksi PT PLN untuk membangun kembali PLTMH Salido Kecil. Kemudian saran
tersebut dijalankan oleh PT Anggrek Mekar Sari melalui uji kelayakan dan
perizinan untuk merehabilitasi PLTMH.
Untuk keperluan tersebut, Direksi PT PLN memerintahkan PT
PLN wilayah III Sumbar Riau untuk membantu PT Anggrek Mekar Sari. PT Anggrek
Mekar Sari mulai merehabilitasi sentral Salido Kecil pada akhir tahun 1978.
Pada tahun 1980, PLTMH Salido Kecil diresmikan oleh Ibu Adam Malik. PLTMH
tersebut sudah mulai beroperasi kembali dan mensuplai listrik ke rumah rumah
masyarakat di sekitar desa Salido Kecil dan terkoneksi dengan jaringan PT PLN
di Kayu Anggang Painan.
PLTMH ini mulai menjual listrik ke PT PLN pada tahun 1980
dengan harga Rp. 10,-/ KWH. Saat ini, penjualan listrik kepada PT PLN sebesar
Rp. 441,85,-/KWh. Rehabilitasi PLTMH Salido Kecil beberapa kali dilakukan. Pada
Januari 2006, rehabilitasi yang dilakukan meliputi perbaikan bangunan sipil
serta penggantian sebagian besar peralatan elektro mekanik dan sistem kontrolnya.
Setelah direhabilitasi, PLTMH Salido Kecil berhasil memasok
listrik ke jaringan tegangan menengah PT PLN dengan kapasitas sampai dengan 330
KW per unit dengan menggunakan dua turbin pelton. Interkoneksi dengan PT PLN
ini mengacu pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai
pedoman Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK Tersebar). Dengan
skema ini, pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dibawah 1 MW,
memungkinkan untuk dapat menjual listriknya kepada PT PLN.
Pada saat gempa tektonik terjadi pada tanggal 30 September
2009, beberapa kerusakan terjadi pada bagian sipil terutama pada forebay dan
anchor block pada penstock. Kerusakan ini dapat ditanggulangi secara teknis
oleh PT Entec Indonesia .
Keberadaan PLTMH Salido Kecil yang terletak di Desa Salido Kecil, Kecamatan IV
Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat sangat bermanfaat
untuk masyarakat sekitar.
Selain memasok listrik, PLTMH tersebut merupakan tempat
studi banding dan pengembangan teknologi ketenagalistrikan dan energi
terbarukan. PLTMH tersebut juga telah menyerap tenaga kerja dari penduduk lokal
setempat. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan memutuskan PLTMH Salido Kecil
sebagai lokasi wisata Pesisir Selatan. Pada tahun 2010, Pemerintah Kabupaten
Pesisir Selatan juga bekerjasama dengan pengelola PLTMH yang difasilitasi oleh
IMIDAP(Integrated Micro-Hydro Development and Application Program) atau
pembangkit listrik tenaga mikrohidro telah menetapkan PLTMH Salido Kecil sebagai
Lokasi Demosite PLTMH On Grid.
Penetapan PLTMH Salido Kecil sebagai lokasi demosite menjadi
contoh pembangunan PLTMH sistem interkoneksi. Upaya masyarakat untuk
mempertahankan PLTMH Salido Kecil dilakukan dengan memperhatikan pelestarian
lingkungan.
Oleh karena lokasi hutan sebagai penangkap air berada di
kawasan Taman Nasional Kerinci Seibat, maka Pro Water, Kelompok Pecinta Alam
Unand, Menwa Unand dan Bung Hatta, dan Walhi bekerjasama dengan masyarakat
mengamankan catchment area di daerah tersebut. Selain itu, keterlibatan dinas
kehutanan, pertanian, dan pemerintahan desa ikut berpartisipasi menjaga sumber
air di daerah tersebut dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara
intensif.
Tetapi sayang sekali hingga saat ini belum ada investor atau pelaku BISNIS yang
mau menggarap potensi daerah ini sebagai tempat wisata yang profesional sehingga
mamfaatnya benar benar bisa meggerakkan perekonomian masyarakat setempat, yang
mana pada saat ini mayoritas masyarakat Salido Kecil masih menggantungkan mata
pencarian mereka dari sektor pertanian dan berladang.
Dalmi Adamli
www.bisni-s.tk
Dalmi Adamli
www.bisni-s.tk